BISIKAN HATI
Entah sejak kapan muncul sebuah tanya
Mengapa Hawa bisa diciptakan
Dari tulang rusuk seorang Adam?
Sebuah tanya..
Mengapa bulan butuh bintang?
Mengapa manusia butuh oranglain?
Sebuah prediksi pun menjawab..
Mereka tidak ingin hidup sendiri..
Seperti halnya aku..
Yang membutuhkan kamu
Dunia ini memang terbentang luas
Ciptaan sang Maha Kuasa pun sangat indah
Seindah dirimu yang mulai mewarnai kehidupanku
Bagaikan pelangi dibalik hujan..
Bagaikan setitik cahaya dibalik kegelapan..
Hati ini menerka-nerka
Mencari-cari tempat untuk disinggahi..
Untuk menjadi sebuah pelabuhan
Pelabuhan yang penuh dengan kasih sayang
Aku lelah terus berjalan mengarungi waktu..
Yang terkadang ditemani hujan dan gemuruh..
Dan terkadang didampingi oleh kegersangan..
Namun Tuhan sangat berbaik hati
Mengantarkan aku, menuntunku..
Menuju rumah hati untuk aku singgahi
Aku hanya berharap..
Hatiku dapat senyaman mungkin dalam rumah itu
Bisikan itu terus mengiang
jelas dan semakin mendekat
Mengatakan bahwa rumah hati itu adalah kau..
Walau aku tahu, aku tak seindah mentari sore..
Tak secantik melati yang terbasahi oleh embun pagi..
Tak sesempurna metamorfosis kupu-kupu
Ku tak meminta banyak hal
Hanya ingin harapan ini menjadi kenyataan
Walau aku tak tahu,
Kelak nanti apakah aku yang akan menghiasi harimu?
Bak bintang yang menghiasi atmosfer bumi ditengah kegelapan malam?
Ada rahasia dibalik rahasia..
Galanggang, 29 Mei 2014 (10.15)
.
Minggu, 22 Juni 2014
Amatri - 2
REDUP
Awan mendung kini hadir
Gemuruh kencang semakin mengejutkan hati
Hal yang sama mengejutkannya
Ketika dirimu memutuskan untuk kembali
Pada zona kebebasanmu..
Hati ini terguncang hebat
Seperti karang yang diterjang ombak dahsyat
Bagai kaca yang terjatuh
Hancur, berserakan berkeping-keping..
Entah mengapa aku bisa sesakit ini?
Hatiku bagai diiris sembilu..
Tatapanku kosong..
Hidup enggan, mati pun tak mau
Butiran putih dari ujung mataku
Tak terasa jatuh secara perlahan..
Seolah mengerti bagaimana kerasnya pengorbananku
Yang kau anggap hanya angin lalu..
Dimana hati nuranimu sebagai manusia?
Tanpa alasan yang tak jelas
Seucap kata kau menafsirkan bahwa..
Kita tidak lagi sejalan, sepemikiran, dan satu tujuan..
Begitu mudahnya kau masukkan aku ke dalam lubang kekecewaan
Penyesalanku adalah..
Telah sepenuh hati aku berikan padamu
Namun kau balas semua itu dengan air tuba
Aku bisa apa?..
Kau terlalu elok
Kau terlalu indah..
Jika dicanangkan sebagai manusia!!
Kini kau buat hariku redup
Bagaikan sinar lampu yang telah usang
Aku terlalu percaya pada manisnya kata-katamu..
Yang akhirnya hanyalah harapan palsu belaka..
Galanggang, 20 Juni 2014 (15.06)
Awan mendung kini hadir
Gemuruh kencang semakin mengejutkan hati
Hal yang sama mengejutkannya
Ketika dirimu memutuskan untuk kembali
Pada zona kebebasanmu..
Hati ini terguncang hebat
Seperti karang yang diterjang ombak dahsyat
Bagai kaca yang terjatuh
Hancur, berserakan berkeping-keping..
Entah mengapa aku bisa sesakit ini?
Hatiku bagai diiris sembilu..
Tatapanku kosong..
Hidup enggan, mati pun tak mau
Butiran putih dari ujung mataku
Tak terasa jatuh secara perlahan..
Seolah mengerti bagaimana kerasnya pengorbananku
Yang kau anggap hanya angin lalu..
Dimana hati nuranimu sebagai manusia?
Tanpa alasan yang tak jelas
Seucap kata kau menafsirkan bahwa..
Kita tidak lagi sejalan, sepemikiran, dan satu tujuan..
Begitu mudahnya kau masukkan aku ke dalam lubang kekecewaan
Penyesalanku adalah..
Telah sepenuh hati aku berikan padamu
Namun kau balas semua itu dengan air tuba
Aku bisa apa?..
Kau terlalu elok
Kau terlalu indah..
Jika dicanangkan sebagai manusia!!
Kini kau buat hariku redup
Bagaikan sinar lampu yang telah usang
Aku terlalu percaya pada manisnya kata-katamu..
Yang akhirnya hanyalah harapan palsu belaka..
Galanggang, 20 Juni 2014 (15.06)
Amatir 1
Rindu Dibalik Pelangi
Waktu yang berlalu
Saat kini hanya dapat dikenang dan terkenang
Segala perasaan yang telah terkuak
Perlahan telah pergi dan menghilang
Andaikan waktu dapat kembali..
Mungkin aku takkan memendam rindu seperih ini
Bagai luka yang terbasuk oleh garam
Menyiksa..
Nyatanya waktu enggan untuk menoleh
Melihatku duduk seorang diri dibawah hujan
Hujan.. aku menyukaimu, batinku..
Hujan yang deras ini seolah mengerti
Dia mengalirkan segala lelah dalam jiwa
Mengikuti kemanapun arus pergi
Menenangkan sejenak luapan - luapan hati
Yang pada akhirnya tertuju pada ingatanku tentangnya..
Tentang dia..
Yang telah membuat cerita hidupku lebih sempurna
Telah mengubahnya seperti pelangi dibalik hujan..
Aku rindu masa itu..
Saat aku bisa menatapmu lebih dekat
Indah, damai, mempesona..
Namun semua itu hanya anganku sesaat
Karena kini kau telah pergi dari persinggahan
Meninggalkan aku sendiri dibalik pelangi senja..
Galanggang, 20 Juni 2014 (08.42)
Waktu yang berlalu
Saat kini hanya dapat dikenang dan terkenang
Segala perasaan yang telah terkuak
Perlahan telah pergi dan menghilang
Andaikan waktu dapat kembali..
Mungkin aku takkan memendam rindu seperih ini
Bagai luka yang terbasuk oleh garam
Menyiksa..
Nyatanya waktu enggan untuk menoleh
Melihatku duduk seorang diri dibawah hujan
Hujan.. aku menyukaimu, batinku..
Hujan yang deras ini seolah mengerti
Dia mengalirkan segala lelah dalam jiwa
Mengikuti kemanapun arus pergi
Menenangkan sejenak luapan - luapan hati
Yang pada akhirnya tertuju pada ingatanku tentangnya..
Tentang dia..
Yang telah membuat cerita hidupku lebih sempurna
Telah mengubahnya seperti pelangi dibalik hujan..
Aku rindu masa itu..
Saat aku bisa menatapmu lebih dekat
Indah, damai, mempesona..
Namun semua itu hanya anganku sesaat
Karena kini kau telah pergi dari persinggahan
Meninggalkan aku sendiri dibalik pelangi senja..
Galanggang, 20 Juni 2014 (08.42)
Langganan:
Postingan (Atom)