.quickedit{display:none;}

.

BAKMI'14 Berjuang Bersama Mengukir Karya Nyata

Rabu, 31 Desember 2014

Tidak Tepat Waktu

“Catatan Kecil Nia

Kenangan lalu membuatku tersadar
Saat angin menerpa wajahku
Terduduk aku ditepi pantai
Desiran ombak penuhi telingaku
Hingga aku tak mendengar apa yang orang lain katakan


Ku lihat didepan ku
Sebuah karang yang menjulang tinggi
Mencoba bertahan terkena hembusan ombak yang begitu besar
Dia tetap kukuh, tetap tegak berdiri, bagai tak merasakan sakit
Namun perlahan ku lihat ia bercelah, kalah ketika ombak terus menerus menghantamnya..
Hingga perlahan ia pun menghilang..



Tidak Tepat Waktu

Cinta memang anugrah yang Illahi berikan kepada setiap makhluk yang ia ciptakan. Dia begitu indah. Namun cinta akan membawa hal buruk ketika salah mengartikan, salah mengaplikasikannya. Ketika ia terus menerus bertahan dalam hati, cinta dapat mendatangkan sebuah kepercayaan, sebuah pengertian, saling memahami antara satu makhluk dengan makhluk lainnya. Tapi, bagaimana jika cinta datang diwaktu yang tidak tepat?

“Terima kasih Raka, atas teraktirannya hari ini, walau terkesan monoton, haha ” kata Nia, seorang gadis cantik yang mengenakan dress dan wedges, berkulit putih, keturunan Jawa ini.
Raka tersenyum,“Iya, sama – sama Nia. Ya sudah, lekaslah masuk, jangan lupa mandi ya”, kata Raka, teman dekat Nia sejak kecil dulu.

Rumah mereka berdekatan, hanya terhalang oleh beberapa rumah saja. Sejak kecil memang mereka sering bermain bersama, tak heran jika sudah memahami karakter satu sama lain. Kemarin, Raka berulang tahun. Sudah menjadi tradisinya seiring mengucapkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, dia meneraktir Nia, selalu seperti itu.

Nia segera masuk kerumah, mandi dan melaksanakan shalat ashar. Setelah semuanya selesai, Nia membuka handphone-nya. Ada dua buah pesan dari Raka. Dibukanya pesan tersebut. Ternyata Raka mengajak bertemu lagi keesokan harinya. Tapi untuk kali ini, Raka mengajaknya bertemu di taman pukul 10.00. “Oke”, dijawabnya dengan singkat pesan dari Raka itu.


Sebenarnya Nia khawatir, takut kalau- kalau kejadian yang dulu terulang kembali. Walaupun secara tak sengaja, tapi Nia tetap kecewa ketika tahu bahwa Raka menyukainya. Nia hanya tak ingin persahabatannya hancur hanya karena salah satu dari mereka memiliki perasaan yang lebih dari seorang sahabat. Nia hanya ingin persahabatannya dengan Raka tetap murni sahabat. Dan Raka tetap menjadi kakaknya sampai kapanpun.

Mentari yang cerah kini sudah menyapa, siap tuk menemani setiap makhluk menjalani segala aktivitasnya. Seperti yang telah di janjikan kemarin, hari ini Nia dan Raka mengadakan pertemuan di sebuah taman yang tak jauh dari rumah mereka.
“Nih, buat kamu” kata Raka sambil memberikan es krim cokelat pada Nia.

“Kamu tau aja, aku sedang kehausan. Hari ini panas sekali ya?” jawab Nia seraya menyenderkan tubuhnya ke sebuah kursi yang di dudukinya.
Raka hanya mengangguk. Curi – curi pandang, sebetulnya dia memperhatikan cara makan Nia. Kerap kali makan es krim, mulutnya selalu berantakan. Kacau!!

Nia pun menoleh. Raka ketangkap basah yang sejak tadi memperhatikan Nia.
“Rakaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…..!!!!” Nia berteriak hingga orang – orang di sekeliling taman melirik kepadanya. Ternyata teriakannya bisa menjadi pusat perhatian orang – orang. Amazing..
“Hahaa, kamu ngga perah berubah ya Ni, tiap kali makan es krim selalu belepotan. Memalukan! “ ketus Raka.


“Eh, udah dari sananya begini kali” jawab Nia sambil mengangkat salah satu alis matanya.
Mereka sangat menikmati suasana siang hari ditaman. Hingga tak terasa es krimnya sudah habis.
“Udah ini kita kemana Ra?”
“Nggak kemana – mana, mau di sini aja” kata Raka tersenyum lebar.


“Hmm, sepertinya ada obrolan serius nih, ada apa Ra? “ tanya Nia penasaran.
“Dasar kepo!!”. Perlahan Raka pergi meninggalkan Nia yang masih bengong duduk di kursi taman. Nia kaget dengan suara Raka yang terkesan menyentak. Nia pun bergegas mengikuti Raka dari belakang.
“Woy tungguuuuuuuuuuuuuuuuu….” Teriak Nia dari belakang.
Raka hanya menoleh, kemudian melanjutkan langkahnya. Nia berwajah kecut..
“Isshhh.. “


Tiba – tiba langkah Raka terhenti di tepi danau. Airnya tenang. Banyak bunga teratai yang hampir menutupi sebagian danaunya.
“Kamu pernah suka ngga sama seseorang? “ tanya Raka sambil melemparkan batu kecil ke tengah danau.
“Hmmm, tunggu, ada apa tiba – tiba kamu menanyakan hal seperti ini?” Nia bingung..
“Ngga, pengen tau aja. Eh masa kamu ngga suka sama laki – laki setampan aku?” kata Raka dengan sangat percaya diri..

“Huuu, ke-PD-an kamu, haha” mereka berdua tertawa dengan terbahak – bahak.
“Aku ngga pernah suka sama seseorang, aku hanya sayang sama kamu” seakan kata – kata itu sangat licin keluar dari mulut Nia. Begitu cepat dan jelas..
Raka menoleh dengan pancaran cahaya mata yang membawa aura kebahagiaan. Hati Raka berbunga – bunga dan pandangan mereka bertemu. Nia yang membelakkan mata, seakan baru menyadari apa yang baru saja dia katakan sambil membuang muka dan menutup mulutnya.


“Makas..”, belum selesai Raka bicara, Nia langsung memotong pembicaraanya.
“Maaf Ra, kamu jangan salah mengartikan perasaanku ini. Itu hanya sebagai kakak, ngga lebih Ra”
Raka kaget bukan main. Mulutnya terbuka. Keadaan seketika hening. Matanya perlahan meredup. Raka membenahi posisi duduknya seperti semula, dia memejamkan matanya dan menunduk.


“Sejak dulu aku ngga pernah punya perasaan lebih sama kamu. Aku sayang kamu hanya sebagai kakak, kamu selalu bisa membuatku nyaman, kamu yang selalu ada saat aku sedih, kamu selalu bisa menghibur aku. Dan satu lagi, kamu sumber semangatku selama ini” kata Nia sambil memegang bahu Raka. Raka hanya terdiam, seakan ada petir yang menyambar hatinya. Batinnya perih, sakit, tatapannya lurus ke depan walau air matanya hampir jatuh, dia tak peduli.


Raka menoleh pada Nia, melepaskan tangan Nia dari bahunya, dia tersenyum dan perlahan pergi dengan penuh rasa kecewa dan setengah berlari.
Nia hanya diam, memperhatikan langkah Raka yang semakin menjauh. Ternyata benar, peristiwa yang lalu terulang kembali. Raka sejak dulu selalu menyalah artikan kedekatan mereka dan menganggap Nia memiliki perasaan lebih padanya. Nia menangis, masih ditempat yang sama. Ntah harus kecewa pada dirinya sendiri atau pada Raka.

Mengapa kamu mencintaiku selalu di saat yang tidak tepat Ra?...bisiknya dalam hati..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar